We are open 24/7

Chapter 3

Ketika Pantyliner dan Sabun Kewanitaan Bikin Aku Kena Infeksi

11 June 2025

Sejak kecil, aku dikenal sebagai anak yang aktif. Lari, gym, renang, bulu tangkis—semua olahraga pernah aku coba. Jadwal olahraga pun hampir tiap hari, udah kayak rutinitas wajib yang nggak boleh dilewatkan.

“Aktif tuh rasanya menyenangkan banget. Tapi aku nggak sadar kalau kebiasaan sehari-hari yang kelihatannya sepele bisa berdampak ke kesehatan area kewanitaan.”

Kebiasaan yang dimaksud? Pakai pantyliner setiap hari. Aku mulai sejak SMA, tujuannya biar simpel—nggak perlu sering-sering ganti celana dalam. Tapi beberapa bulan terakhir, muncul masalah yang bikin nggak nyaman: keputihan yang terasa gatal, apalagi setelah olahraga. Awalnya aku cuek, mikir cuma lembap biasa karena keringat.

“Tapi kok lama-lama makin ganggu, ya? Apalagi kalau habis olahraga, rasanya makin parah. Nggak cuma gatal, tapi juga bau yang mulai aneh.”

Karena malu buat langsung ke dokter, aku coba cari solusi di TikTok. Banyak yang menyarankan sabun kewanitaan yang katanya bisa “membunuh bakteri”. Awalnya sih oke—gatalnya mereda, baunya juga sedikit berkurang. Tapi itu cuma sementara. Beberapa minggu kemudian, keluhan balik lagi. Bahkan lebih parah.

Akhirnya aku memutuskan untuk periksa ke Klinik Althea Vita. Rasa malu tetap ada, terutama waktu harus ambil sampel dari area V. Tapi ternyata, pengalaman di sana jauh dari yang aku bayangkan.

“Dokternya ramah banget. Perawatnya juga suportif dan sopan. Semua dijelasin pelan-pelan, jadi aku malah ngerasa aman dan nyaman.”

Setelah hasil lab keluar, ternyata aku mengalami bacterial vaginosis yang disertai infeksi jamur. Dokter menjelaskan penyebabnya dengan sabar dan tanpa menghakimi.

“Kebiasaan olahraga dengan pakaian ketat yang nggak langsung diganti, area kewanitaan yang terus lembap, ditambah pantyliner setiap hari—semuanya berkontribusi. Apalagi sabun kewanitaan yang justru mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam vagina.”

Aku baru tahu kalau vagina itu sebenarnya punya bakteri baik yang menjaga keseimbangan. Jadi, sabun yang terlalu keras atau dipakai terus-menerus bisa bikin flora alaminya rusak dan muncullah infeksi seperti yang aku alami.

Untungnya, penanganan dari dokter cepat dan tepat. Diberikan terapi yang sesuai, dan dalam waktu singkat, semua keluhan mulai mereda. Sekarang aku sudah kembali sehat, dan yang paling penting: aku jauh lebih paham soal cara merawat area V dengan benar.

“Yang paling aku ingat dari pesan dokter: menjaga kesehatan area kewanitaan itu bukan soal seberapa ‘bersih’, tapi seberapa tepat caranya. Terlalu bersih juga nggak selalu baik, apalagi kalau nggak tahu ilmunya.”

Pelajaran dari Cerita Ini:

  • Pantyliner tidak untuk penggunaan harian. Gunakan hanya saat diperlukan dan jangan terus-menerus agar area V tetap bisa ‘bernapas’.

  • Hindari pakaian olahraga terlalu ketat terlalu lama. Segera ganti pakaian setelah beraktivitas fisik.

  • Sabun kewanitaan tidak selalu diperlukan. Vagina memiliki sistem pembersih alami. Jika perlu, pilih produk yang pH-balanced dan tidak membunuh bakteri baik.

  • Jangan malu periksa ke dokter. Klinik seperti Althea Vita menyediakan ruang yang aman dan nyaman untuk semua perempuan.

Cerita ini membuktikan bahwa menjaga kesehatan seksual dan reproduksi bukan hanya tanggung jawab setelah berhubungan seksual. Tapi juga bagian dari gaya hidup sehat sehari-hari. Dan Althea Vita ada untuk memastikan kamu tidak sendiri dalam perjalanan ini—tanpa stigma, tanpa takut, dengan solusi yang tepat.

FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE    
FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE     FOLLOW @ALTHEAVITAE    
Loading spinner
Scroll to Top