
Chapter 4
Ketika Kutil Kelamin Datang di Tengah Kehamilan
11 June 2025
Beberapa bulan setelah menikah, aku dan suami menerima kabar yang sangat kami nantikan: aku hamil anak pertama. Rasanya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Kehamilan ini seharusnya menjadi fase paling membahagiakan dalam hidup kami berdua. Tapi kenyataan tak selalu seindah harapan.
“Aku ingat jelas waktu itu—baru beberapa minggu hamil, tiba-tiba aku merasa ada yang aneh di area kewanitaanku. Ada benjolan kecil. Nggak gatal, nggak sakit, tapi terasa asing.”
Awalnya aku masih berusaha positif thinking. Mungkin ini bagian dari perubahan tubuh di awal kehamilan. Tapi benjolan itu nggak hilang—malah makin banyak. Di situ aku mulai panik. Aku paksa suamiku untuk temani aku ke dokter.
Di Klinik Althea Vita, aku langsung merasa sedikit lega. Dokter yang menangani benar-benar perhatian, dan karena aku sedang hamil, semua tindakan dilakukan dengan sangat hati-hati.


“Dokternya lembut banget, menjelaskan setiap langkah pemeriksaan dengan tenang. Aku ngerasa dihargai, bukan dihakimi. Dan yang paling penting: aku merasa aman.”
Setelah pemeriksaan, dokter menyampaikan diagnosis yang membuat dadaku sesak: kutil kelamin akibat infeksi HPV (Human Papillomavirus).
“Aku syok. Selama ini aku hanya berhubungan dengan suamiku. Gimana bisa aku tertular?”
Dokter menjelaskan bahwa HPV bisa menular melalui kontak kulit saat hubungan seksual, bahkan dari pasangan yang tidak menunjukkan gejala. Dalam kasus ibu hamil, infeksi ini bisa menimbulkan risiko pada saat persalinan, sehingga perlu penanganan yang serius dan aman.
Tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk menjalani prosedur penghilangan kutil. Meski sempat tegang, tindakan medis itu ternyata tidak menyakitkan. Tim medis di Althea Vita sangat suportif, bahkan mereka membuatku rileks dengan candaan ringan sambil prosedur berlangsung.
“Rasanya seperti sedang ditangani oleh sahabat sendiri. Mereka tahu aku sedang rapuh, tapi mereka membuatku merasa kuat.”
Selesai tindakan, saat menunggu obat di ruang tunggu, aku memanfaatkan waktu untuk bicara serius dengan suamiku. Dengan tenang tapi tegas, aku tanya soal kejujurannya. Akhirnya, dia mengaku—bahwa sebelum aku hamil, dia sempat selingkuh. Dan iya, dia juga punya kutil di kelaminnya, tapi mengira itu nggak penting.
“Dunia aku runtuh. Aku hamil. Aku istri sahnya. Tapi aku yang harus menanggung dampak dari kesalahan yang bahkan bukan aku yang buat.”
Aku menangis. Tapi tidak lama. Karena di dalam tubuhku ada nyawa kecil yang harus aku lindungi. Aku memilih untuk kuat. Bukan untuk dia—tapi untuk anakku dan untuk diriku sendiri.
Sekarang, aku menjalani perawatan yang aman untuk ibu hamil, rutin kontrol, dan mulai mempelajari lebih jauh soal HPV dan vaksinasi.
“Aku ingin anakku tumbuh dengan perlindungan terbaik. Aku mungkin nggak bisa mengubah masa lalu, tapi aku bisa belajar dan memilih untuk lebih sadar ke depan.”
Pelajaran dari Cerita Ini:
- HPV bisa terjadi bahkan dalam hubungan yang terlihat ‘aman’. Karena itu, keterbukaan dengan pasangan dan pengetahuan soal kesehatan seksual sangat penting.
- Vaksin HPV adalah perlindungan, bukan aib. Ini langkah preventif yang bisa menyelamatkan banyak perempuan dari infeksi serius hingga risiko kanker.
- Periksa secara rutin, apalagi saat hamil. Tidak semua infeksi menimbulkan gejala awal, tapi dampaknya bisa besar bila tidak ditangani.
- Jangan ragu cari bantuan. Klinik seperti Althea Vita ada untuk menangani kasus seperti ini dengan penuh empati dan profesionalisme.
Di balik kisah pilu ini, ada kekuatan luar biasa dari seorang perempuan yang memilih untuk tidak tinggal dalam luka. Karena merawat diri—secara fisik, mental, dan emosional—adalah bentuk cinta terbesar, terutama saat sedang mengandung kehidupan baru.