Aku mulai teringat kembali kejadian beberapa waktu lalu, ketika dia pernah aku temukan berselingkuh. Dan yang paling mengejutkan—selingkuhannya adalah laki-laki, teman sekantornya sendiri.

Waktu itu kami sempat berbaikan. Kami mencoba memperbaiki hubungan dan melanjutkan hidup. Tapi kini aku sadar, ada rahasia lain yang sedang ia sembunyikan.

Aku tak tahan. Aku butuh kejelasan. Maka aku desak dia untuk bicara jujur. Dan akhirnya, ia mengaku: sudah positif HIV sejak tiga bulan lalu. Dan selama itu pula, ia menyembunyikan semuanya dariku.

Dunia serasa runtuh di hadapanku. Rasanya seperti ditikam dari belakang untuk kedua kalinya, tapi kali ini dengan konsekuensi yang jauh lebih berat—nyawa dan masa depan.

Dokter yang mendengarkan ceritaku menanggapinya dengan penuh empati. Tidak ada penghakiman, tidak ada pertanyaan menyudutkan. Hanya ruang aman, dan kehangatan yang membuatku cukup kuat untuk tetap duduk dan menghadapi kenyataan.

Dokter menyarankan agar aku segera menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui statusku. Dan beberapa waktu kemudian, hasilnya keluar: aku juga positif HIV.

Aku tak tahu harus menangis atau marah. Rasanya seperti ditarik masuk ke dalam lubang gelap, tanpa tahu bagaimana caranya keluar.

Tapi dokter tetap mendampingiku dengan tenang. Ia menjelaskan bahwa HIV bukan akhir dari hidupku. Bahwa dengan pengobatan antiretroviral (ARV) yang tepat, aku bisa menjalani hidup normal, sehat, dan bahkan memiliki harapan hidup panjang. Saat itu juga, dokter meresepkan ARV dan merancang langkah pemeriksaan lanjutan untuk memantau kondisiku.

Lalu, satu hal yang membuat hatiku makin remuk: dokter menyarankan agar anakku yang masih balita juga segera diperiksa. Demi memastikan dia tidak ikut tertular. Mendengar itu, hatiku nyeri luar biasa. Aku merasa gagal sebagai istri. Gagal sebagai ibu.

Namun dokter menatapku lembut dan berkata, “Ini bukan soal siapa yang salah. Ini tentang bagaimana kita melangkah setelah tahu apa yang sedang terjadi.”

Sejak hari itu, aku mulai menjalani terapi. Setiap hari adalah perjuangan. Tapi aku juga mulai mengerti bahwa aku harus kuat—bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi untuk anakku. Untuk masa depannya.

Pelajaran dari Cerita Ini:

• Kejujuran dalam hubungan adalah segalanya. Menyembunyikan kondisi kesehatan seksual bisa membawa dampak yang sangat serius.
• Pemeriksaan HIV penting dilakukan jika ada risiko. Banyak orang hidup bertahun-tahun tanpa tahu mereka terinfeksi. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat bisa ditangani.
• Hidup dengan HIV bukan akhir. Dengan ARV yang tepat dan disiplin, hidup tetap bisa berjalan normal.
• Dukungan emosional sangat penting. Tempat seperti Klinik Althea Vita bukan hanya memberi pengobatan, tapi juga rasa aman dan tanpa stigma.