
Chapter 5
Aku Kena HPV, Padahal Hubunganku Stabil
11 June 2025
Aku punya pasangan sesama jenis, dan kami sudah bersama cukup lama. Hubungan ini membuatku merasa diterima, aman, dan nyaman jadi diri sendiri. Nggak pernah terlintas bahwa dari semua hal yang pernah aku takutkan dalam hidup, justru kesehatan seksualku yang membuatku harus menghadapi kenyataan pahit.
Beberapa waktu lalu, aku mulai merasa ada yang aneh. Sebuah benjolan kecil muncul di area kelamin. Awalnya aku pikir itu lecet biasa—mungkin iritasi setelah bercukur atau gesekan. Tapi lama-lama bukannya hilang, benjolan itu malah bertambah banyak.
“Waktu itu aku mulai ngerasa nggak nyaman, baik secara fisik maupun pikiran. Tapi yang paling aku takutkan bukan soal penyakitnya, tapi gimana nanti respon dokter kalau aku jujur soal orientasiku.”
Akhirnya, aku mutusin untuk periksa ke Klinik Althea Vita. Dan dari semua hal yang aku bayangkan, sambutan dokter dan tim medis di sana benar-benar di luar ekspektasi. Mereka menerima aku dengan hangat, penuh empati, dan—yang paling penting—tanpa menghakimi.


“Waktu aku bilang aku punya pasangan sesama jenis, dokter cuma senyum dan bilang, ‘Terima kasih sudah jujur. Kita di sini untuk bantu kamu sebaik mungkin.’ Jujur, kalimat itu langsung bikin aku lega.”
Setelah dilakukan pemeriksaan, hasil diagnosis menunjukkan bahwa aku mengalami kutil kelamin akibat infeksi HPV (Human Papillomavirus).
Aku kaget. Karena selama ini aku pikir HPV cuma bisa menular dari hubungan seksual yang “berisiko tinggi”—misalnya kalau sering gonta-ganti pasangan atau suka jajan. Tapi dokter menjelaskan dengan sabar, bahwa itu adalah salah kaprah yang umum.
“HPV bisa menular lewat kontak kulit ke kulit, termasuk lewat hubungan oral, genital, bahkan tanpa penetrasi. Ini bukan soal siapa pasanganmu, tapi soal perlindungan dan kesadaran akan risiko.”
Penjelasan itu jadi titik balik buatku. Aku baru benar-benar sadar, bahwa siapa pun bisa terinfeksi HPV—tak peduli orientasi seksualnya, jenis kelamin, atau status hubungan. Semua orang punya risiko yang sama, dan semua orang juga punya hak yang sama untuk mendapatkan informasi dan perlindungan.
Setelah diagnosis, dokter langsung memberikan penanganan untuk menghilangkan kutil. Prosedurnya cepat dan dilakukan dengan sangat profesional. Meskipun proses penyembuhan secara fisik berjalan lancar, bagian tersulit justru datang dari sisi mental.
“Aku sempat ngerasa malu, bersalah, dan bingung. Tapi aku sadar—ini bukan aib. Ini peringatan. Dan yang paling penting, aku beruntung bisa tahu lebih awal dan dapat penanganan yang tepat.”
Sekarang, aku sedang dalam proses pemulihan dan mulai mengambil langkah-langkah proteksi jangka panjang. Aku sudah mulai rutin cek kesehatan seksual, dan yang paling penting, aku juga sudah ambil vaksin HPV.
“Vaksinasi bukan cuma buat cewek atau anak muda. Buat aku, ini bentuk cinta ke diri sendiri.”
Pelajaran dari Cerita Ini:
- HPV bisa menular ke siapa saja. Ini bukan soal orientasi seksual atau jumlah pasangan. Risiko tetap ada selama ada kontak seksual tanpa perlindungan.
- Periksa kesehatan seksual secara rutin sangat penting. Terutama jika kamu aktif secara seksual, terlepas dari jenis hubungan yang kamu jalani.
- Vaksin HPV adalah bentuk perlindungan jangka panjang. Ini bisa mencegah berbagai jenis kanker dan infeksi yang disebabkan oleh HPV.
- Penting untuk mencari tempat perawatan yang aman dan suportif. Seperti di Althea Vita, kamu bisa cerita apa adanya tanpa takut dihakimi.
Cerita ini adalah pengingat bahwa kesadaran akan kesehatan seksual tidak mengenal batasan gender, orientasi, atau status hubungan. Yang paling penting adalah langkah untuk peduli—karena semua orang berhak merasa aman, sehat, dan didengar.